LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK KARDIOVASKULER
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario
Sakit Jantungkah Saya?
Laki-laki 40 tahun, datang ke RS,
dengan keluhan nyeri dada. Pada anamnesis tidak didapatkan sesak napas, lekas
lelah maupun dada berdebar-debar. Kebiasaan merokok 2 bungkus sehari. Kebiasaan
olahraga jarang, kadang-kadang seminggu sekali. Riwayat penyakit pasien tidak
menderita diabetes mellitus. Dia takut terkena penyakit jantung karena ayahnya
pernah mengeuh nyeri dada, dirawat inap, dan dinyatakan menderita sakit jantung
koroner.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
data : kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi
80x/menit, irama regular, isian cukup, respiratory
rate 18x/menit, JVP tidak meningkat.
Pada
inspeksi menunjukan apeks tidak ada heaving,
Nampak di linea medioclavicularis sinistra SIC IV. Pada palpasi didapatkan
apeks di SIC IV linea medioclavicularis sinistra, tidak ada thrill. Pada perkusi didapatkan pinggang
jantung normal, apeks di SIC IV linea medio-clavicularis sinistra. Pada
auskultasi bunyi jantung I intensitas normal, bunyi jantung II intensitas
normal, normal splitting. Tidak ada
murmur. Tidak ada gallop. Tidak ada ronchi.
Pemeriksaan laboratorium normal.
Pemeriksaan tambahan ECG normal. Pada foto thorax CTR = 0,49, vaskularisasi
perifer normal, aorta tidak menonjol, pinggang jatung normal. Apeks tidak
bergeser ke lateral atau lateral bawah. Pemeriksaan exercise stress test (treadmill test) normal. Pemeriksaan
echocardiography menunjukkan jantung dalam batas normal.
BAB
II
DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA
Cor atau jantung
adalah salah satu organ tubuh dengan peranan vital. Organ ini mengumpulkan
darah yang terdeoksigenasi (sedikit oksigen) kemudian membawa ke pulmo atau
paru-paru untuk mendapatkan oksigen dan melepas karbon dioksida sehingga darah
menjadi teroksigenasi (banyak oksigen). Kemudian Cor memompa darah tersebut ke
seluruh tubuh sehingga jaringan dan organ lain dapat mendapatkan nutrisi yang
adekuat.
Posisi
cor terhadap dinding thorax. Cor
terletak di cavum thoracica, tepat di belakang sternum. Kemudian cerminan
posisi cor pada dinding thorax dapat dilihat seperti gambar berikut.
Batas-batas
cor
Dexter
: dari SIC II linea parasternalis
dextra hingga tepi caudal costae V linea parasternalis dextra.
Caudal
: dari tepi caudal costae V linea
parasternalis dextra hingga SIC V & satu jari ke medial linea
midclavicularis sinistra
Sinister
: dari SIC V & satu jari ke medial
linea midclavicularis sinistra hingga SIC II linea parasternalis sinistra.
Cranial
: dari SIC II linea parasternalis
sinistra hingga SIC II linea parasternalis dextra
Secara
anatomi, cor terbagi atas empat ruang besar. Secara berurutan berdasarkan
lewatnya darah, empat ruang tersebut adalah Atrium Dextrum, Ventriculus Dexter,
Atrium Sinistrum, dan Ventriculus Sinister. Untuk mempermudah pemahaman
mengenai anatomi cor, maka pembahasan anatomi akan berdasarkan ruang dari cor
tersebut.
a. Atrium
Dextrum
Dalam
satu siklus peredaran darah, atrium dextrum (kanan) merupakan ruang dari cor
yang pertama dialiri aliran darah. Atrium dextrum mengumpulkan vasa darah yang
terdeoksigenasi dari seluruh tubuh. Vena yang bermuara ke atrium dextrum antara
lain adalah v. Cava superior, v. Cava inferior, sinus coronarius, dan v. Cordis
minima.
Letak
dari atrium dextrum ada di sebelah carnioventral dari cor. Atrium dextrum
kemudian akan mengalirkan darah menuju ke ventriculus dexter melalui valva
atrioventricularis dexter atau lebih dikenal dengan valva trikuspidalid.
b. Ventriculus
Dexter
Di
antara atrium dan ventriculus baik itu dexter maupun sinister, terdapat suatu
bangunan bernama annulus fibrosus. Di dalam annulus fibrosus terdapat suatu
pintu penghubung antara atrium dan ventriculus bernama ostium
atrioventriculare. Pada ostium atrioventriculare terdapat katub yang disebut
valva. Pada dexter, valva ini dinamakan trikuspidalis karena terdiri dari tiga cuspis
(daun katub). Sedang pada sinister, valvanya disebut bikuspidalis karena
terdiri dari tiga cuspis. Namun di klinis, valva bikuspidalis lebih dikenal
dengan sebutan valva mitralis.
Cuspis
pada valva atrioventricularis akan berhubungan dengan serabut-serabut bernama
chorda tendineae, yang kemudian akan berhubungan dengan suatu susunan otot
bernama musculus papillares. Fungsi dari struktur ini adalah untuk mengatur
agar katub atrioventrivularis menutup saat ventriculus berkontraksi.
Setelah
berada di atrium dextrum, darah akan mengalir menuju ke ventriculus dexter
melalui valva trikuspidalis. Ketika ventriculus berkontraksi, darah akan
dipompa menuju truncus pulmonalis yang kemudian akan mengalir menuju arteri
pulmonalis dan berakhir di pulmo.
Pada
truncus pulmonalis terdapat valvula semilunaris pulmonaris, sebuah katub yang
mencegah agar aliran darah dari arteri pulmonalis tidak kembali menuju
ventriculus dexter.
c. Atrium
Sinistrum
Darah
teroksigenasi dari pulmo akan kembali menuju cor melalui empat buah vena
pulmonalis, yaitu dua vena pulmonalis dexter dan dua vena pulmonalis sinister.
Struktur
dari atrium sinistrum hampir sama dengan atrium dextrum. Antara atrium dextrum
dan sinistrum terdapat suatu dinding disebut septum interatriale. Pada fetus,
dinding ini terdapat lubang yang disebut foramen ovale. Lubang ini memungkinan
darah dari atrium dextrum langsung menuju atrium sinistrum dan beredar ke
seluruh tubuh tanpa melalui pulmo, hal ini karena pulmo fetus masih belum
berfungsi dan kolaps. Pada neonatus, foramen ini akan menghilang dan
meninggalkan jejak berupa dataran yang disebut fossa ovale.Atrium sinistrum
mengalirkan darah menuju ventriculus sinister melalui valva mitralis.
d. Ventriculus
Sinister
Ruang
terakhir dari cor, dan yang akan mengalirkan darah menuju ke seluruh tubuh.
Ventriculus sinister mendapatkan darah teroksigenasi dari atrium sinistrum.
Struktur ventriculus sinister mirip dengan ventriculus dexter, namun
ventriculus sinister mempunyai ruang yang lebih besar dari ventriculus dexter.
Hal ini karena ventriculus sinister akan memompa darah ke peredaran darah
sistemik di seluruh tubuh melalui aorta ascendens.Pada aorta terdapat katup
juga yang disebut valvula semilunaris aorta. Valvula semiluaris aorta memiliki
tiga cuspis, berfungsi agar aliran darah di aorta ascendens tidak kembali ke
ventriculus sinister.
2. Histologi Jantung
Secara umum, ketika kita memotong dinding cor atau jantung secara melintang,
maka akan terlihat struktur umum dari dinding cor. Struktur ini terdiri dari
tiga lapisan, yaitu endocardium, miocardium, dan epicardium. Nama lain dari
epicardium adalah visceral pericardium. Pericardium parietal berada di sebelah
luar dari epicardium, namun tidak secara langsung. Di antara epicardium dan
pericardium terdapat suatu celah yang dinamakan cavitas pericardii.
a.
Endocardium
Merupakan
lapisan yang melapisi bagian dalam dari dinding cor.Struktur yang ada pada
endocardium adalah lapisan epitel squamous simplex.
b.
Miocardium
Miocardium
terdiri dari sel otot jantung , merupakan penyusun utama dari dinding cor.
Selain sel otot-sel otot jantung, pada miocardium juga terdapat pembuluh darah
dan nervus.
c.
Epicardium
Merupakan
lapisan yang melapisi bagian luar dari dinding cor. Terdiri atas dua lapisan,
yaitu mesotelium di bagian paling luar, dan jaringan ikat areolar yang
menghubungkan epicardium dengan miocardium. Epicardium merupakan membran
serosa.
d.
Pericardium
Di
sebelalh luar dari epicardium terdapat suatu lapisan lagi. Namun karena lapisan
ini tidak secara langsung menyusun dinding cor, maka biasanya tidak dimasukkan
dalam lapisan penyusun dinding cor. Lapisan fibrosa ini disebut pericardium.
Tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu mesotelium, jaringat ikat areolar, dan
jaringan ikat fibrosa. Lapisan antara epicardium dan pericardium disebut cavitas
pericardii.
Jaringan Sel otot Jantung
Sel-sel
otot jantung satu sama lain akan terhubungkan melalui discus intercalatus. Pada
discus intercalatus, sel-sel otot jantung akan dikunci dengan rapat oleh
desmosom dan terhubungkan oleh gap junction. Desmosom menghubungakn getaran
antar sel dan juga sebagai perantara dari potensial aksi. .
Perbedaan
antara sel otot jantung dengan sel otot rangka antara lain sebagai berikut :
a. Ukuran
yang lebih kecil
b. Nukleus
terletak central dan single
c. Terdapat
percabangan atau anastomose
d.
Adanya discus intercalatus
3.
Fisiologi
Jantung
Pada
satu siklus kontraksi jantung (detak jantung) terlibat dua jenis tipe sel,
yaitu sel konduksi dan sel kontraksi. Sel konduksi adalah sel yang mempunyai
peranan dalam penghantaran stimulus. Sedangkan sel kontraksi adalah sel yang
berperan dalam kontraksi jantung secara keseluruhan.
Setiap
detak jantung diawali oleh adanya potensial aksi yang terjadi di suatu
pacemaker bernama sinoatrial nodes. Kemudian stimulus ini akan menuju ke
atrioventricular nodes melalui jalur internodal. Kemudian dari AV nodes stimulus
akan berjalan menuju septum interventriculare dan akan menuju ke sel konduksi,
yaitu sel purkinje. Dari sel inilah akan terjadi kontraksi ventriculus.
Sistema
Conducens
Sistem
konduksi merupakan suatu sistem yang membuat jantung dapat berdetak. Meskipun
satu siklusnya sangat singkat, yaitu sekitar 370 ms (milisecond) namun ini
merupakan suatu peristiwa yang sangat kompleks.
Elemen dari sistem
konduksi antara lain adalah
a.
Sinoatriale Nodes (SA Nodes)
b.
Atrioventriculare Nodes (SA Nodes)
c.
Bundle His dan sel konduksi
d.
Serabut Purkinje dan sel kontraksi
Sinoatriale Nodes (SA
Nodes)
Detak
jantung tidak dipengaruhi oleh rangsang hormonal dan neuronal, sehingga disebut
automaticity atau autorhythmicity. Langkah pertama dari satu kontraksi jantung
berasal dari suatu elemen bernama Sinoatriale Nodes.
SA
Nodes terletak di dinding atrium dextrum. Stimulus pertama untuk terjadinya
kontraksi jantung adalah terjadinya potensial aksi secara reguler di
Sinoatriale Nodes. Potensial aksi yang terjadi sendiri ini muncul karena adanya
ketidakseimbangan dari resting potential atau potensial istirahat pada sel di
SA Nodes. Ketidakseimbangan inflow natrium dan outflow kalium pada resting
potensial inilah yang akan menimbulkan depolarisasi, yang akhirnya akan
menimbulkan potensial aksi. Tingkat depolarisasi di SA Nodes mencapai 80-100
kali per menit.
Atrioventriculare Nodes
(AV Nodes)
Stimulus pada SA Nodes kemudian akan
menjalar ke ke segala arah di atrium. Stimulus ini hanya akan menjalar di
atrium dan tidak ke ventriculus karena ada skeleton cordis yang akan mem-block
stimulus.
Kemudian stimulus tersebut akan menuju
ke suatu elemen bernama atrioventrulare Nodes atau AV Nodes melalui internodal
pathway. Namun ketika stimulus mencapai AV Nodes terjadi suatu delay selama 100
ms. Adanya delay ini membuat atrium dapat berdetak secara optimal sehingga
darah akan masuk ke ventriculus dari atrium.
Bundle His
Setelah stimulus masuk ke AV Nodes makan
AV Nodes akan meneruskan stimulus ini menuju ke sel konduksi yang ada di septum
interventriculare pars membranacea. Susunan dari sel konduksi ini dinamakan
bundle His. Stimulus akan berjalan pada bundle His, dan kemudian akan
merangsang serabut purkinje yang merupakan sel kontraksi serta musculus
papillares.
Serabut Purkinje
Stimulus oleh bundle his kemudian akan
diterima oleh serabut purkinje dan musculus papillares. Rangsangan langsung ke
musculus papillares ini penting karena musculus papillares akan menegangkan
chorda tendineae sehingga cuspis pada valva atrioventricularis baik yang
trikuspidalis ataupun mitralis akan menutup ketika terjadi kontraksi
ventriculus. Akibatnya darah tidak akan balik menuju atrium.
Sel-sel purkinje yang menerima rangsang
dari bundle his akan berespon cepat. Ini karena ukuran serabut purkinje yang
lebih besar dari sel konduksi di bundle his. Arah rangsang di serabut purkinje
adalah dari bagian apek menuju ke basis. Ini berarti kontraksi ventriculus
pertama kali terjadi di apex lalu menjalar ke basis. Akibat dari kontraksi ini
maka darah akan dipompa menuju ke atas, yaitu menuju aorta dan truncus
pulmonalis.
4.
Nyeri
Dada
Nyeri dada
merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di klinik. Sebahagian
besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut disebabkan oleh
penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang tepat sangat
tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus lainnya serta
anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri serta
faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada. Salah satu bentuk nyeri dada
yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala
penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan
kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut
dan penangannan yang serius. Agar diagnosa lebih cepat diarahkan, maka perlu
juga lebih dulu mengenal macam – macam jenis nyeri dada yang disebabkan oleh
berbagai penyakit lain.
a.
Macam- macam
nyeri dada
Ada 2 macam jenis nyeri dada yaitu:
-
Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral.
Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas
dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan.
Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas
besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik
dapat disebakan oleh difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan
atau radang subdiafragmatik; pneumotoraks dan penumomediastinum.
-
Nyeri dada non pleuritik
Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau
dapat menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar
paru.
1. Kardial
Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal
yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama
lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium,
leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada substernal.
Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iekemik
miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri
berasal sari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4
yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang
lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi
oleh aliran darah koroner. Pda penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung
akan berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Ada 3 sindrom
iskemik yaitu :
FAngina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort): Serangan nyeri
dada khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan
menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah
makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau gangguan
emosi.
FAngina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut):
Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh
rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan
berlangsung lebih lama.
FInfark miokard: Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30
menit dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih lama,
menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang. Berbeda dengan angina pektoris,
timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila
tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam. Disamping itu juga penderita
mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa ditegakan berdasarkan
serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung.
Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau
substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur akhir
sistolik dan mid sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat membantu menegakan
diagnosa.
Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang
idiopatik juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.
2.
Perikardikal
Saraf sensoris
untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma. Nyeri
perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal, tetapi dapat
menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti
ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau
bergerak. Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan
tertentu dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina.
Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan
punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.
3.
Aortal
Penderita hipertensi, koartasio
aorta, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi untuk pendesakan aorta.
Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul tiba- tiba atau
nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard akan tetapi
lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler serta turun ke
bawah tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.
4.
Gastrointestinal
Refluks geofagitis, kegansan atau
infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri esofageal. Neri esofageal lokasinya
ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang – kadang ke bawah ke
bagian dalam lengan sehingga seangat menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus
peptikum, pankreatitis akut distensi gaster kadang–kadang dapat menyebabkan
nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti
terbakar yang sering bersama- sama dengan disfagia dan regurgitasi bila
bertambah pada posisi berbaring dan berurang dengan antasid adalah khas untuk
kelainan esofagus, foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, test
perfusi asam, esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu
menegakan diagnosa.
5.
Muskuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga
dada otot, tulang kartilago sering menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri
biasanya timbul setelah aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri angina yang
terjadi waktu exercise. Seperti halnya nyeri pleuritik. Neri dada dapat
bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga timbul pada gerakan yang
berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian.
6.
Fungsional
Kecemasan dapat
menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak di dada,
palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa adanya
klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional dengan
nyeri iskemik miokard.
7.
Pulmonal
Obstruksi
saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat
menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru
akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai
dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral
primer lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada
waktu exercise. Nyeri dada merupakan keluhan utama pada kanker paru yang
menyebar ke pleura, organ medianal atau dinding dada.
5.
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) sebagai salah satu bentuk dari
penyakit jantung dan pembuluh darah, merupakan penyakit yang melibatkan
gangguan pembuluh darah koroner, pembuluh darah yang menyuplai oksigen dan zat
makanan pada jantung. Kelainan dapat berupa penyempitan pembuluh koroner yang
disebabkan karena atherosclerosis. Athesklosklerosis terjadi akibat penimbunan
kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang, dan material pembekuan darah
(fibrin). Timbunan ini disebut dengan plak. Terdapat dua macam plak yaitu plak
stabil dan plak tidak stabil.
Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh kelainan
miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner karena arterosklerosis yang
merupakan proses degeneratif, di samping banyak faktor lain. Karena itu dengan
bertambahnya usia harapan hidup manusia Indonesia, kejadiannya akan makin
meningkat dan menjadi suatu penyakit yang penting; apalagi sering menyebabkan
kematian mendadak
-
Kaitan
genetik dengan penyakit jantung koroner
Aterosklerosis tidak lagi dianggap timbul
akibatproses penuaan saja. Timbulnya “bercak-bercak lemak” pada dinding arteri
koronaria bahkan sejak masa kanak-kanak sudah merupakan fenomena alamiah dan
tidak selalu harus menjadi lesi aterosklerotik. Telah ditemukan beberapa faktor
yang dikenal sebagai faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap
terjadinya aterosklerosis koroner pada individu tertentu.
Salah satu faktor biologis yang tidak dapat
diubah yaitu riwayat keluarga. Riwayat penyakit jantung koroner dalam keluarga
(yaitu saudara laki-laki atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum
usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur.
Keturunan dari seorang penderita penyakit jantung koroner primatur diketahui
menyebabkan perubahan dalam penanda aterosklerosis awal,misalnya reaktivitas
arteria brakialis dan peningkatan tunika intima arteria karotis dan penebalan
tunika media. Adanya hipertensi,seperti peningkatan homosistein dan peningkatan
lipid, ditemukan pada individu tersebut. Adanya riwayat dalam keluarga
mencerminkan suatu predisposisi genetik terhadap disfungsi endotel dalam
arteria koronaria.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
penyakit jantung koroner tidak diturunkan melainkan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap disfungsi endotel dalam arteria koronaria yang diturunkan.
Yang nantinya hal itu akan menyebabkan perubahan dalam penanda aterosklerosis
awal,seperti reaktivitas arteria brakialis,peningkatan tunika intima arteria
karotis dan penebalan tunika media. Selain itu juga menyebabkan adanya
hipertensi,seperti peningkatan homosistein dan peningkatan lipid. Dalam
skenario kali ini disebutkan bahwa ayah penderita pernah dinyatakan menderita
jantung koroner,hal ini dapat menjadi faktor resiko yang sangat penting dalam
gejala yang dialami oleh pasien.
6.
Etiologi
dan Faktor Resiko Penyakit Jantung
a.
Etiologi
Banyak hal yang dapat menyebabkan munculnya aterosklerosis antara
lain faktor-faktor hemodinamik, hipertensi, hiperlipidemia, serta derivat
merokok dan toksin, agen infeksius(chlamydia pneumoniae) juga dapat
menimbulkan cedera pembuluh darah yang dapat memicu timbulnya aterosklerosis.
Dari semua yang diatas, efek sinergis gangguan hemodinamik yang
menyertai fungsi normal yang digabung dengan efek merugikan hiperkolesterolemia
dianggap merupakan faktor terpenting dalam patogenesis aterosklerosis.
b.
Faktor Resiko
Sekarang,
aterosklerosis tidak lagi dianggap timbul akibat proses penuaan. Timbulnya
bercak-bercak lemak bahkan mulai saat anak-anak merupakan fenomena alamiah dan
tidak selalu harus menjadi lesi aterosklerotik.
Tiga faktor
yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin (laki-laki), dan riwayat
aktifitas fisik, dan diet aterogenik. Sedangkan faktor risiko kedaruratan
mencakup gangguan glukosa puasa, homosistein, lipoprotein (a), faktor
proinflamasi, dan protrombik, serta bukti penyakit aterosklerosis subklinis.
Faktor lain
yang dapat diubah adalah hipertensi, riwayat merokok, penderita diabetes,
obesitas, diet tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh, gula, dan garam,
ketidakaktifan fisik dan stres psikososial.
Aterosklerosis
merupakan satu penyakit multifaktorial, dan bukti yang ada menunjukan beberapa
faktor risiko dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis.
7.
Pemeriksaan
Fisik Jantung
a.
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu
upaya yang digunakan untuk mendapatkan informasi, dalam proses menuju penegakan
diagnosis suatu penyakit. Dengan anamnesis (dan juga pemeriksaan fisik) seorang
dokter dapat menyusun informasi yang baik dan lebih tepat dalam manajemen suatu
penyakit.
b.
Inspeksi
Inspeksi pada organ
jantung adalah dengan melihat pulsasi di area apeks, trikuspid, pulmonal dan
aorta pada permukaan anterior dinding dada. Inspeksi yang teliti dapat
memperlihatkan lokasi dari impuls apikal atau point of maximal impulse(PMI). Impuls apikal melukiskan gerakan
keluar apeks jantung ketika berotasi berlawanan arah dengan jarum jam, ketika
dilihat dari bawah, memukul dinding dada anterior selama kontraksi.
c.
Palpasi
Palpasi dilakukan untuk
mengevaluasi impulss apikal, gerakan ventrikel kanan, arteri pulmonalis, dan
ventrikel kiri. Ada tidaknya thrill juga dapat ditentukan dengan palpasi.
Mulailah dengan palpasi dinding dadanya.
d.
Perkusi
Perkusi dilakukan dengan
cara telapak tangan kiri berikut jari-jarinya diletakkan di dinding dada,
dengan jari tengah sebagai landasan ketok, sedangkan telapak dan keempat jari
lain agak diangkat. Tujuannya supaya tidak meredam ketukan. Sebagai jari
pengetuk adalah jari tengah kanan. Pada waktu pengetukan hanya menggerakkan
sendi pergelangan tangan dan tidak menggerakkan sendi siku. Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas
jantung, pinggang jantung dan contour jantung.
Akan tetapi, dengan
penggunaan radiografi thoraks dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang pada
jantung lebih khusus, perkusi prekordium menjadi jarang dilakukan.
e.
Auskultasi
Dengan auskultasi akan
didengarkan bunyi jantung I dan bunyi jantung II, bunyi jantung tambahan dan
bising jantung. Untuk menentukan yang mana BJ I, adalah dengan meraba arteri
carotis communis. Dengarkan bunyi jantung pada sela iga II kanan dekat dengan
sternum, sepanjang sela iga II-V pada garis midsternalis, dan pada apeks
jantung. Kemudian, lakukan pada garis teratas pada jantung yang sering disebut
dengan basis jantung. Pemeriksaan auskultasi ini, ada yang memulainya dari
apeks terlebih dahulu, tetapi ada juga yang dari basis.
Untuk mendapatkan
hasil auskultasi terbaik, lakukan pada ruangan yang tenang dan dengarkan dengan
seksama area dimana terdeteksi suara abnormal.
8. Macam-
macam Gejala Khas Penyakit Jantung
- Dispnu
Didefinisikan sebagai pernapasan normal dan
tidak nyaman. Gejala ini berbeda dengan sesak napas pada ansietas dimana
pernapasan sadar meningkat mencapai hiperventilasi,dan gejala sesak napas ini
memburuk pada waktu istirahat atau situasi stress. Semakin parah kelainan jantung,maka
dispnu akan muncul pada aktifitas yang lebih ringan dan akhirnya pada waktu
istirahat. Dispnu pada penyakit jantung terjadi karena kongesti vena
pulmonalis. Dispnu jantung akan lebih memburuk saat berbaring terlentang
(ortopnu). Dispnu dapat terjadi secara akut misalnya pada akibat gagal
ventrikel kiri pascainfark miokard akut.
- Nyeri dada
Adalah rasa tercekik karena iskemia (angina).
Terjadi terutama saat aktifitas fisik dan sembuh dalam beberapa menit setelah
istirahat. Rasa tidak nyaman ini dapat menjalar ke salah satu lengan (paling
sering sebelah kiri),ke leher dan rahang atau melewati punggung atau perut.
Angina disebabkan ketidakseimbangan antara pasokan oksigen miokard (aliran
darah koroner ) dengan kebutuhan (konsumsi oksigen miokard). Penyebab paling
sering angina adalah penyakit arteri koroner.
- Sinkop
Hilang kesadaran dapat disebabkan beberapa
gangguan kardiovaskular,namun semuanya berakhir pada berkurangnya aliran darah
ke otak. Sinkop karena jantung biasanya terjadi cepat,tanpa aura ,dan biasanya
tidak berkaitan dengan konvulsi atau inkontinensia.
- Palpitasi
Didefinisikan sebagai detak jantung yang
disadari dan tidak nyaman. Mungkin kesadaran akan adanya detak jantung yang
lebih kuat dari biasa,lebih cepat,lebih lambat,tidak teratur,atau gabungan
semua hal tersebut.
- Edema
Peningkatan tekanan jantung kanan akan
meningkatkan tekanan vena sistemik di vena kava superior dan inferior,dan
keadaan paling berat pada anggota tubuh yang menggantung. Edema terjadi apabila
tekanan onkotik plasma dilampaui oleh tekanan intravaskuler,yang diperberat
oleh hipoalbuminemia.
- Letih
Gejala ini nonspesifik tetapi sering terjadi
pada penyakit jantung. Hal ini terjadi karena curah jantung yang rendah atau
ketidakmampuan jantung meningkatkan curah jantung saat aktifitas fisik.
- Sianosis
Adanya perubahan warna kulit dan membran mukosa
menjadi kebiruan terjadi karena meningkatnya kadar hemoglobin yang
terdeoksigenasi dalam darah yang masuk jaringan. Sianosis dapat dibedakan
menjadi sentral dan perifer. Sianosis sentral terjadi pada membran mukosa oral
dan muncul jika hb yang terdeoksigenasi >40 g/L dan biasanya tidak mengalami
perbaikan setelah diberikan oksigen inspirasi konsentrasi tinggi,beda dengan
sianosis perifer. Sianosis perifer biasanya karena vasokonstriksi kulit baik
karena pajanan dingin atau peristiwa raynaud.
- Klaudikasio
Merupakan nyeri pada kaki,biasanya otot
betis,terjadi setelah beberapa gerakan otot dan disebabkan iskemia otot skelet
akibat penyakit vaskuler perifer.
9. Penyakit
Jantung dan Gejala
- Gagal jantung
Adalah
suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung
tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan/atau kemampuanyya hanya ada kalau disertai peninggianvolume diastolik
secara abnormal.
Gejala
dan tanda yang timbul pada gagal jantung berbeda sesuai bagian jantung yang
mengalami kegagalan. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort,fatiggue,ortopnea,dispnea
nokturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular heaving,bunyi
derap s3 dan s4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsus
alternans,ronki,kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan timbul
fatig,edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung. Pada pemeriksaan fisik
bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap
atrium kanan,murmur,tanda-tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis
meningkat,bunyi p2 mengeras,asites,hidrothorax,peningkatan tekanan
vena,hepatomegali,dan edema pitting. Sedang pada gagal jantung kongestif
terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan.
- Infark miokard akut
Adalah
nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung.
Manifestasi
klinisnya adalah nyeri dada serupa angina tetapi lebih intensif dan menetap
(lebih dari 30 menit ),tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat maupun
pemberian nitrogliserin,sering disertai nausea,berkeringat,dan sangat
menakutkan pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan muka pucat,takikardi,dan
bunyi jantung 3 (bila disertai gagal jantung kongestif ), distensi vena
jugularis umumnya terdapat pada infark ventrikel kanan.
- Penyakit jantung hipertensif
Diagnosis
ditegakkan apabila dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai akibat langsung
dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel
kiri.
Manifestasi
klinisnya adalah pada hipertrofi konsentrik lama, iktus bertambah.bila telah
terjadi dilatasi ventrikel kiri,iktus kordis bergeser ke kiri bawah. Pada
auskultasi pasien dengan hipertrofi konsentrik dapat ditemukan s4 dan bila
sudah terjadi dilatasi jantung didapatkan tanda-tanda insuffisiensi mitral
relatif. Pada stadium dini hipertensi,tampak tanda-tanda akibat rangsangan
simpatis yang kronik. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi hipersirkulasi
yang mungkin diakibatkan peningkatan aktifitas sistem neurohumoral disertai
hipervolemia. Pada stadium selanjutnya,timbul mekanisme kompensasi pada otot
jantung berupa hipertrofi ventrikel kiri yang difus dan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer. Gambaran klinin seperti sesak napas adalah salah satu
gejala gangguan fungsi diastolik, dan peningkatan tekanan pengisian ventrikel
walaupun fungsi sistolik masih normal. Bila berkembang terus,terjadi hipertrofi
eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel kemudian timbul gejala payah
jantung. Stadium ini kadang disertai gangguan sirkulasi pada cadangan aliran
darah koroner dan akan memperburuk kelainan fungsi mekanik/pompa jantung yang
selektif.
- Perikarditis
Adalah
peradangan perikardium parietal,perikardium viseral,atau kedua-duanya.
Manifestasi
klinis :
-
Perikarditis akut
Trias
klasiknya adalah nyeri dada substernal atau parasternal yang kadang-kadang
menjalar ke bahu,pericardial fiction rub, dan kelainan EKG yang khas. Dari
pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan pembesaran jantung ,peningkatan tekanan
vena,hepatomegali,edema kaki,dan mungkin tanda-tanda tamponade.
-
Perikarditis kronik konstriktif
Keluhan
berupa rasa lelah,lemah,dispnea saat bekerja,ortopnea, dan keluhan gagal
jantung lainnya.pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan vena
jugularis,bunyi jantung melemah,dapat terdengar pericardial knock,pulsus
paradoksus,hepatosplenomegali,ikterus,asites,dan edema.
- Angina pectoris
Adalah
suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas yaitu, seperti
ditekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri dan
biasa timbul saat pasien melakukan aktifitas dan segera hilang saat aktifitas
dihentikan.
Manifestasi
klinis : perasaan seperti diikat atau ditekan yang bermula dari tengah dada
yang secara bertahap menyebar ke rahang bawah, permukaan dalam tangan kiri,dan
permukaan ulnar jari manis dan jari kelingking. Sakit biasanya timbul di daerah
sternal,substernal,atau dada sebelah kiri dan menjalar ke lengan kiri. Kualitas
sakit yang timbul beragam,dapat seperti ditekan benda berat,dijepit,atau terasa
panas. Sakit dada biasanya timbul saat melakukan aktifitas dan hilang saat
berhenti,dengan lama serangan berlangsung antara 1-5 menit.
- Atherosklerosis
Adalah
peristiwa terbentuknya obstruksi atau penyempitan karena atherosklerotik plaque
pada arteri besar atau sedang. Jika plak diameter > 70% maka aliran darah
terganggu yang nantinya akan bermanifestasi dengan gejala klinik angina
pectoris (karena penyempitan arteri koronaria )
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, dapat disimpulkan bahwa pasien tidak menderita penyakit jantung.
Keluhan nyeri dada pada pasien kemungkinan karena faktor psikis. Namun, pasien
memiliki resiko terserang penyakit jantung karena kebiasaan merokok dan resiko
hipertensi dari ayahnya yang memiliki penyakit jantung koroner.
B.
Saran
Secara umum,
pelaksanaan tutorial untuk skenario 1 blok kardiovaskular sebagian besar sudah
berlangsung lancar. Namun, kekurangan masih tetap ada. Salah satunya adalah
pada pertemuan pertama tutorial, terkadang mahasiswa masih kurang menggali
scenario lebih dalam, sehingga terkadang informasi pada pertemuan pertama masih
sangat superfisial. Namun secara keseluruhan tutorial sudah berjalan dengan
baik walaupun tanpa didampingi dosen pembimbing pada pertemuan pertama. Seluruh
anggota kelompok juga sudah aktif dalam diskusi ini
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Asikin. 1996. Angina Pectoris
dalam Rilantono, Lily Ismudiati. Baraas, Faisal. Karo, Santoso Karo. Roebiono,
Poppy Surwianti. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI.
Kusumawidjaja. Patologi. Jakarta: FKUI 1996.
pp: 110 – 16.
S. Silbernagl, F. Lang.
2007. Patofisiologi. Jakarta : EGC.